Mahasiswa dan IAS Minta Yayasan Transparan
Jakarta, Pelita
Mahasiswa dan alumni Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Swadaya yang tergabung dalam Ikatan Alumni Swadaya (IAS), minta kepada pihak yayasan agar transparan dan terbuka terhadap rencana penjualan kampus yang terletak di Kalimalang Jakarta Timur ini.
Mencuatnya rencana penjualan kampus tersebut kini membuat sekitar 600 mahasiswa resah sebab pihak yayasan hingga kini tidak terbuka kepada siapa kampus yang telah menghasilkan ribuan alumni ini dipindahtangankan.
Seperti yang dikatakan salah seorang mahasiswa STIE Swadaya, Jery mahasiswa semester III Jurusan Sl Managemen kemarin, mahasiswa tidak berkeberatan jika pihak yayasan memang ingin menjual kampus kepada investor baru, apalagi jika nantinya diikuti dengan pembenahan dan penambahan fasilitas kampus sehingga membuat mahasiswa lebih nyaman dalam mengikuti proses belajar.
Tapi yang menjadi keresahan kita kepada siapa kampus akan dijual, dan mengapa pihak yayasan mesti mera-hasiakannya," tegas Jery yang juga anggota Departemen Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan Pemuda (PTKP) BEM STIE Swadaya.
Menurut Jery, sebagaima mahasiswa dirinya sebenarnya tidak memiliki kepentingan kepada siapa kampus akan dijual, tetapi yang perlu diperhatikan adalah kelanjutan pendidikan, sebab yang dikhawatirkan jangan sampai investor baru justru tidak memperhatikan nasib mahasiswa sehingga nantinya mahasiswa menjadi tidak jelas kelanjutan studinya.
Adi Purwa Atmaja mahasiswa Semester III Jurusan Din Akuntansi, menegaskan tidak setuju jika kampus dijual kepada investor yang tidak berpengalaman dalam bidang pengelolaan kampus.
Sebab jangan sampai mahasiswa dikorbankan hanya untuk kepentingan investor yang baru sementara hak-hak maha-siswa diabaikan.
"Kita hanya berharap yayasan transparan sehingga sejak awal kita mengetahui apa tujuan investor baru tersebut membeli kampus," lanjutnya.
Hal senada juga dikatakan salah satu alumni yang tergabung dalam IAS, Del Agus bahwa ketidakterbukaan pihak yayasan kepada-siapa kampus akan dijual membuat munculnya kecurigaan, jangan-jangan STIE Swadaya akan dibubarkan.
"Biasanya jika memang ada keinginan yayasan untuk menjual kampus jauh-jauh hari mamhasiswa dan alumni sudah mengetahui siapa yang akan membeli. Tetapi sekarang aneh sampai saat ini yayasan masih merahasikan siapa yang akan membeli dan ini menjadi pertanyaan ada apa sebenarnya dibalik penjualan kampus," tegasnya.
Selain masalah rencana penjualan kampus, alumni IAS, Sofyan Panigoro menambahkan, IAS juga menyayangkan pemberhentian dan pembubar-an senat perguruan tinggi serta pembentukan senat perguruan tinggi yang baru berdasarkan SK Badan Pengurus Yayasan NO 033/YSJ/XII/2010, No No 034/YSJ/XI1 dan NO 040/YSK/ X1I/2010, dinilai bertentangan dengan peraturan pemerintah (PP) No 60 Tahun 1999, tentang pendidikan tinggi.
Sebab berdasarkan PP No 60 Tahun 1999, pembubaran dan pengangkatan senat senat perguruan tinggi bukan oleh yayasan tapi oleh rapat senat perguruan tinggi. Itu sudah disampaikan kepada ketua yayasan sebelum dilangsungkannya pemilihan senat minggu lalu. Tetapi temyata saran dari IAS yang diwakili enam orang tidak ditanggapi.
Pihak yayasan tetap melakukan pemilihan berdasarkan keinginan yayasan dan mengabaikan PP No 60 Tahun 1999 tersebut. Yang terpilih sebagai Ketua Senat Perguruan Tinggi saat ini adalah Hasanudin dia menggantikan Dr Sharifuddin Husen, Ak, MSi," lanjutnya lagi, (bdl)
Jakarta, Pelita
Mahasiswa dan alumni Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Swadaya yang tergabung dalam Ikatan Alumni Swadaya (IAS), minta kepada pihak yayasan agar transparan dan terbuka terhadap rencana penjualan kampus yang terletak di Kalimalang Jakarta Timur ini.
Mencuatnya rencana penjualan kampus tersebut kini membuat sekitar 600 mahasiswa resah sebab pihak yayasan hingga kini tidak terbuka kepada siapa kampus yang telah menghasilkan ribuan alumni ini dipindahtangankan.
Seperti yang dikatakan salah seorang mahasiswa STIE Swadaya, Jery mahasiswa semester III Jurusan Sl Managemen kemarin, mahasiswa tidak berkeberatan jika pihak yayasan memang ingin menjual kampus kepada investor baru, apalagi jika nantinya diikuti dengan pembenahan dan penambahan fasilitas kampus sehingga membuat mahasiswa lebih nyaman dalam mengikuti proses belajar.
Tapi yang menjadi keresahan kita kepada siapa kampus akan dijual, dan mengapa pihak yayasan mesti mera-hasiakannya," tegas Jery yang juga anggota Departemen Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan Pemuda (PTKP) BEM STIE Swadaya.
Menurut Jery, sebagaima mahasiswa dirinya sebenarnya tidak memiliki kepentingan kepada siapa kampus akan dijual, tetapi yang perlu diperhatikan adalah kelanjutan pendidikan, sebab yang dikhawatirkan jangan sampai investor baru justru tidak memperhatikan nasib mahasiswa sehingga nantinya mahasiswa menjadi tidak jelas kelanjutan studinya.
Adi Purwa Atmaja mahasiswa Semester III Jurusan Din Akuntansi, menegaskan tidak setuju jika kampus dijual kepada investor yang tidak berpengalaman dalam bidang pengelolaan kampus.
Sebab jangan sampai mahasiswa dikorbankan hanya untuk kepentingan investor yang baru sementara hak-hak maha-siswa diabaikan.
"Kita hanya berharap yayasan transparan sehingga sejak awal kita mengetahui apa tujuan investor baru tersebut membeli kampus," lanjutnya.
Hal senada juga dikatakan salah satu alumni yang tergabung dalam IAS, Del Agus bahwa ketidakterbukaan pihak yayasan kepada-siapa kampus akan dijual membuat munculnya kecurigaan, jangan-jangan STIE Swadaya akan dibubarkan.
"Biasanya jika memang ada keinginan yayasan untuk menjual kampus jauh-jauh hari mamhasiswa dan alumni sudah mengetahui siapa yang akan membeli. Tetapi sekarang aneh sampai saat ini yayasan masih merahasikan siapa yang akan membeli dan ini menjadi pertanyaan ada apa sebenarnya dibalik penjualan kampus," tegasnya.
Selain masalah rencana penjualan kampus, alumni IAS, Sofyan Panigoro menambahkan, IAS juga menyayangkan pemberhentian dan pembubar-an senat perguruan tinggi serta pembentukan senat perguruan tinggi yang baru berdasarkan SK Badan Pengurus Yayasan NO 033/YSJ/XII/2010, No No 034/YSJ/XI1 dan NO 040/YSK/ X1I/2010, dinilai bertentangan dengan peraturan pemerintah (PP) No 60 Tahun 1999, tentang pendidikan tinggi.
Sebab berdasarkan PP No 60 Tahun 1999, pembubaran dan pengangkatan senat senat perguruan tinggi bukan oleh yayasan tapi oleh rapat senat perguruan tinggi. Itu sudah disampaikan kepada ketua yayasan sebelum dilangsungkannya pemilihan senat minggu lalu. Tetapi temyata saran dari IAS yang diwakili enam orang tidak ditanggapi.
Pihak yayasan tetap melakukan pemilihan berdasarkan keinginan yayasan dan mengabaikan PP No 60 Tahun 1999 tersebut. Yang terpilih sebagai Ketua Senat Perguruan Tinggi saat ini adalah Hasanudin dia menggantikan Dr Sharifuddin Husen, Ak, MSi," lanjutnya lagi, (bdl)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar