Selasa, 04 Januari 2011

Fifty-fifty

 "Saya dan seorang pakar ekonomi dari World Bank yang
        berasal dari Toronto, Canada sedang melakukan studi mengenai
        fenomena banyaknya ayam broiler (pedaging) yang diternakkan
        di daerah Ciamis - Jawa Barat.

        Setelah berputar-putar melihat kandang-kandang ayam, sang konsultan
        dan saya mulai merasa lapar.  Kami mulai berputar-putar mencari
        restoran yang ada di Ciamis.  Tapi tampaknya tidak banyak pilihan. 
        Sedangkan "stomach cannot wait".  Jadi, ya sudah.  Saya ajak saja
        untuk makan direstoran terbesar yang ada di kota ini.

        Ternyata restoran ini hanya menjual sop, saja.  Tak ada pilihan lain. 
        Ya, sudah.  Kami pesan sop untuk kami berdua.

        Diluar dugaan saya, dan terutama sang konsultan, sop yang disajikan
        enak sekali. Sampai sang konsultan nambah berkali-kali.

        "Saya pikir, sop terenak itu hanya ada di Toronto, tetapi rupanya
        sop Ciamis ini benar-benar luar biasa".

        Begitu penasarannya, sampai sang pelayan pun dipanggil sambil
        bisik-bisik.

        "Ini sop kok enak sekali.  Apa resepnya?"

        Sang pelayan menggelengkan kepalanya.  Enggan untuk menjawab.
       
        Sang konsultan - mulai faham.  Mungkin diperlukan gambar Sudirman untuk
        membuka mulut yang terkunci.  Selembar dua-puluh ribuan segera
        berpindah tangan.

        "Apa resepnya?"

        "Anu-anu ......" sang pelayan tetap ragu-ragu, walaupun uang dua
        puluh ribuan sudah masuk kantong.  Sang Konsultan mulai jengkel.
        Ahirnya dua lembar 50ribuan segera diselipkan.

        "Ini sop biasa pak"

        "Sop apa?"

        "Anu... pak.  Sop ayam!"

        "Ah... tak mungkin.  Saya ini ahli ayam yang sudah keliling dunia!
        Pasti ada sesuatu yang dirahasiakan!"

        "Benar pak.  Ini daging ayam spesial.  Pak"

        "Apanya yang spesial?"sang konsultan mulai tidak sabar.

        "Nganu .... pak.   Ini rahasia keluarga yang turun temurun.  Saya tak
        boleh menceritakannya."

        Sang Konsultan semakin paham.  Itu artinya, perlu tambahan pelicin.
        Dan angka seratus dengan gambar George Washington pun ---
        apa boleh buat-- berpindah tangan juga.

        "Tapi Bapak jangan bilang sama siapapun.  Sop ayam tadi
        ...." si pelayan sedikit ragu-ragu, menengok kiri kanan, kemudian
        berbisik " .... dicampur sedikit daging kuda".

        "Sedikit?  Berapa banyak?  Kok bisa enak sekali sopnya?"

        "Nganu...pak.  Fifty-fifty!" dengan rasa bersalah si pelayan mengaku juga.

        "Fifty-fifty?  Maksudnya sekilo daging ayam dicampur dengan sekilo
        daging kuda?"

        "Bukan, pak.  Satu ekor ayam dan satu ekor kuda!"***

Tidak ada komentar:

Don't Forget Klick The Green Bird and Post You're coment Thank You.